Surabayaakselerasi.blogspot.com. Rabo, 13 Januari 2016. Pernah ketika penulis menghadiri ceramah di sekolahan beberapa waktu yang lalu, sang penceramah menyinggung tentang anak shaleh.
Menurut si penceramah kiranya sekolahan mudah mencetak murid-muridnya menjadi anak shaleh.
Hal ini berdasar pada upaya pembelajaran keIslaman, dan pembiasaan praktek ibadah yang dikerjakan setiap harinya oleh murid-murid dengan pendampingan sang guru.
Sebagai orang tua murid tentu hal ini cukup melegakan mengingat sebagian besar orang tua memiliki waktu yang sangat sempit untuk membimbing langsung anak-anaknya terkait pengetahuan keislamannya, demikian juga upaya membiasakan praktek ibadah shalat anak ketika sudah di rumah.
Belum lagi, pengetahuan dan pengalaman.spiritual keIslaman setiap orang tua yang sangat variatif.
Terkadang harus diakui adanya kelemahan seputar pengetahuan keIslaman orang tua yang menjadi kendala bagi mereka untuk membimbing anak-anaknya memahami Agamanya, Islam.
Adalah suatu keberuntungan ketika anak-anak mereka mendapat pelajaran agama Islam, bimbingan, dan pendampingan praktek ibadah sholat dhuha dan shalat duhur ketika masih aktif jam belajar di sekolah.
Adalah menjadi kewajiban orang tua terus menjaga istiqamah shalat anak-anak mereka ketika berada di rumah.
Sepatutnya orang tua meluangkan sedikit waktunya untuk memberi perhatian terhadap aktifitas shalat anak ketika di rumah.
Bahkan seharusnya orang tua memberi contoh nyata melaksanakan shalat di rumah.
Sudah bukan jamannya orang tua menyuruh anaknya shalat sementara si anak sangat jarang melihat orang tuanya shalat.
Shalat merupakan tiang agama. Artinya shalat adalah ibadah yang utama sebagai kewajiban seorang mukallaf yang terbebani hukum untuk memenuhi hak Allah SWT.
Sudah menjadi kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh siapa pun yang mengaku diri seorang Muslim yang mukallaf.
Termasuk halnya orang tua murid yang memikul beban kewajiban untuk melaksanakan hak-hak Allah SWT sepatutnya memperlihatkan aktifitas shalatnya di rumah dihadapan anak-anak mereka, maksudnya anak-anak mereka dalam kondisi terjaga tidak dalam keadaan tidur.
Ada kalanya orang tua menunjukkan ketaatan kepada perintah Allah SWT (sibghatullah, red) seputar shalat kepada anak-anak dengan tujuan proses pembelajaran.
Kalau tidak orang tua sendiri sebagai sumber utama pembelajaran di rumah maka siapakah yang patut menggantikan kedudukannya di rumah?.
Tentu bukan mencari kesalahan atau unsur pembenar, melainkan semua harus dikembalikan pada kesadaran bahwa pemberian terbaik orang tua kepada anak adalah pemberian pendidikan yang terbaik.
Moga setiap orang tua berjuang keras agar anak mereka menjadi anak yang shaleh dan shalehah yang kelak mendo'akan kedua orang tuanya dan ditangan mereka (anak-anak) diharapkan kelak ---di akhirat--- derajad orang tua terangkat.
Orang tua yang sukses bukannya orang tua yang dapat mengantarkan anaknya menjadi dokter, insinyur, guru atau lainnya, melainkan berhasil karena telah membekali mereka kesanggupan dan kemampuan mendo'akan kedua orang tuanya baik ketika kedua orang tuanya masih hidup, terlebih tatkala mereka telah meninggal dunia.
Anak shaleh dan shalehah yang mendo'akan kedua orang tuanya adalah mutiara dan perhiasan orang tua yang jauh lebih baik dari seluruh isi dunia.
Moga anak-anak kita menjadi anak shaleh dan shalehah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar